Kamis, 02 Januari 2025

Seni Teater (Part 1)


Seni Teater



A. Pengertian Teater

Seni Teater (bahasa Inggris: theater atau theatre; bahasa Prancis: théâtre; bahasa Yunani: theatron adalah salah satu seni bermain peran (drama) yang menyajikan cerita kehidupan nyata di atas pentas. Teater adalah cabang kesenian yang lahir pada masa Yunani klasik.

Kata ‘teater’ berasal dari kata theatron, bahasa Yunani, yang berarti tempat tontonan (seeing place) atau gedung pertunjukan. Bentuk Theatron pada saat itu terdiri dari panggung (stage) juga ada tempat duduk penonton yang terbuat dari batu berposisi setengah lingkaran. Melalui ritual menari dan menyanyi, masyarakat Yunani purba (sekitar tahun 600 SM) melakukan persembahan terhadap Dewa Anggur dan Dewa Kesuburan, yang bernama Dewa Dionysus. Menurut keyakinan masyarakat Yunani purba, upacara ini dilakukan sebagai permohonan kepada Dewa Dionysus agar berkenan menurunkan kesuburan dan kemakmuran kehidupan mereka. Pada masa itu, sekitar 500 tahun SM dimainkan di atas altar oleh pendeta-pendeta dan salah satu adegannya adalah upacara memberi kurban pada dewa. Hingga kemudian bentuk itu berubah pada masa Athena, kurban diganti oleh peran antagonis yang dihukum atas dasar kehendak masyarakat dan mati bagi semua orang.

Dalam makna tersebut teater modern Indonesia dipahami secara konseptual (teater realis) dimulai sejak Usmar Ismail dan Asrul Sani mendirikan ATNI (Akademi Teater Nasional Indonesia) pada 10 September 1955 di Jakarta. Sejak saat itu, bentuk teater di Indonesia mengalami perubahan yang cukup mendasar dibandingkan dengan bentuk-bentuk tradisionalnya, seperti Randai, Ludruk, Mahyong, Ketoprak, dan Ledhek.

B. Perkembangan Teater

Sejarah merupakan peristiwa yang terjadi di masa lalu. Perkembangan adalah proses berkembangnya sesuatu. Jika dikaitkan dengan judul pembelajaran di atas, Sejarah dan Perkembangan Teater, maka pengertiannya menjadi “peristiwa teater yang terjadi di masa lalu dan proses berkembangnya hingga saat ini.” Mengetahui apa dan bagaimana teater di masa lalu dimaksudkan untuk mengenal dan memahami teater sejak mula tercipta, proses berkembangnya yang melahirkan banyak jenis dan bentuk, sampai ke perubahan-perubahan konvensi dari zaman ke zaman.

Gambar 1 Infografis Perkembangan Teater

Upacara sesembahan dilakukan dalam setengah hari yaitu sejak pagi sampai berakhir menjelang sore hari. Di atas panggung yang ada di theatron itu, para tetua adat melakukan ritual tarian dengan menggunakan topeng yang diiringi nyanyian-nyanyian pemujaan. Aksi tarian ritual yang diiringi nyanyian tersebut dinamai Dram atau Draomai.

Dari asal kata Dram atau Draomai itulah istilah ‘Drama’ dikenal. Ada lima fase penting dalam perkembangan teater di dunia, yaitu:

1. Teater Primitif/Klasik (1000 SM – Abad ke-6 M)

Teater Primitif atau Teater Klasik sangat erat kaitannya dengan upacara ritual keagamaan masyarakat pada saat itu. Sebuah upacara keagamaan yang berupa tarian, nyanyian dan pujian-pujian dari potongan naskah kitab suci. Tokoh-tokoh yang ditampilkan dalam teater klasik seringkali berhubungan dengan pemimpin agama atau representasi dewa-dewa yang mereka sembah. Pada fase ini, bukan saja teater primitif dan zaman Yunani kuno, juga ada Teater Romawi yang berbeda dengan Teater Yunani. Misalnya pada Koor tidak lagi berfungsi mengisi setiap adegan. Peran musik menjadi dominan karena pelengkap ilustrasi setiap pengadeganan. Lakon cenderung mengusung kesenjangan hidup kelas menengah.
Gambar 2 Theatron Zaman Yunani Kuno. 
Sumber: Toughco.com/ Ventura Carmona (2019)

Ciri-ciri dan bentuk pentasnya:
a. Bagian dari ritual keagamaan
b. Menggunakan topeng
c. Kisah Tragedi dan Komedia
d. Panggung terbuka dan tinggi berbentuk amphitheater
e. Dimainkan para pria
f. Ada kelompok koor (penyanyi), penari, dan narator


2. Teater Abad Pertengahan (Abad ke-14 – Abad ke-16)

Pentas-pentas teater di abad pertengahan memang masih berorientasi pada perayaan keagamaan (terutama Kristen). Pentas teater banyak dilakukan di gereja-gereja. Namun sejak ada pelarangan pentas teater di dalam gereja, panggung berpindah ke jalan-jalan dan berkeliling karena panggung dibuat di atas kereta yang bergerak dinamis.

Para pemain (aktor) teater banyak belajar di universitas. Tema-tema lakon tentang pengetahuan, kebajikan, kebodohan, kehidupan kaya-miskin, dan sebagainya. Pentas teater di zaman ini acap disebut drama moral karena cenderung mengusung pertarungan kebaikan melawan keburukan atau kejahatan.

Pada sekitaran abad ini, selain Teater Renaissance, ada juga Teater Neo Klasik, Teater Zaman Elizabethan, dan Teater Restorasi. Bentuk pertunjukan merupakan paduan teater keliling dengan teater akademi yang cenderung klasik. Pada akhir abad ke-16 tumbuh Teater Romantik dan Melodrama.

Ciri-ciri dan bentuk pentasnya:
a. Panggung di atas kereta yang berkeliling
b. Dekor sederhana dan simbolis
c. Lirik dialog berdialek dengan dialog yang puitis
d. Dimainkan di tempat umum dan memungut bayaran
e. Tidak ada nama pengarang untuk lakon yang dimainkan
f. Lakon dikaitkan dengan filsafat dan agama

3. Teater Realis (Mulai dari Abad 18 dan 19 )

Zaman Realisme ini menjadi konvensi baru yang menandai perubahan teater ke arah seni drama modern. Lakon-lakon teater pada zaman ini tidak lagi berkisah tentang hal-hal yang khayali tetapi lebih banyak mengangkat realita kehidupan sehari-hari. Pola permainan (akting) tidak berorientasi pada keindahan bentuk dengan dialog yang puitis, tetapi merupakan gambaran kenyataan kehidupan masyarakat dalam keseharian atau apa adanya.

Ciri-ciri dan bentuk pentasnya:
a. Terbagi dua aliran: realisme sosial dan realisme psikologis
b. Lakon tentang kehidupan sehari-hari
c. Pemeran utama biasanya rakyat jelata
d. Aktingnya bersifat wajar, tidak berlebihan, seperti kehidupan sehari-hari
e. Aspek pendukung dan visual disesuaikan dengan keadaan sehari-hari
f. Aliran realisme psikologis lebih menonjolkan aspek kejiwaan tokoh
g. Suasana ditampilkan secara simbolis untuk mendukung aspek psikologis tokoh.
h. Lebih mementingkan pembinaan konflik kejiwaan tokoh.

4. Teater Baru / Avant Garde (Mulai Abad 19)

Yang menonjol pada fase Teater Baru atau Teater Avant Garde yaitu munculnya elemen efek-efek khusus dengan teknologi elektronik baru pada tatanan pencahayaan, dekor panggung, dan musik pengiring atau ilustrasi.

Bentuk permainan banyak bersifat eksperimentatif yang tidak mengikuti selera masyarakat. Para dramawan di fase abad ini banyak melahirkan bentuk-bentuk pertunjukan yang menggunakan pendekatan simbolisme, surealisme, epik, dan absurd. Sehingga di zaman ini muncul keanekaragaman bentuk ekspresi dan makna keindahan dari pentas teater.

Ciri-ciri dan bentuk pentasnya:
a. Kreasi artistik bersifat spontan dan agresif Cenderung berbenturan dengan selera masyarakat.
b. Tidak lazim karena menyimpang dari bentuk Alamiah
c. Karya yang merdeka karena lahir dari karakter penciptanya
d. Pertunjukan menggunakan berbagai variasi materi (film, tari, puisi, musik, dsb.)

5. Teater Post-Modern (Mulai tahun 1970)

Aliran teater yang berkembang setelah modern ini relatif baru, dimulai sekitar tahun 1970-an.
Para penganut aliran post-modern mengibaratkan kehidupan manusia seperti sebuah sandiwara yang terpisah-pisah. Teater menjadi pilihan bentuk untuk menggambarkan tragedi kehidupan itu. Teater post-modern menjadi penolakan atas kehidupan modern.

Teater Post-Modern mengurangi penggunaan naskah atau teks lakon untuk mendapatkan penampilan yang bersifat unik dan langsung atau spontan.

Ciri-ciri dan bentuk pentasnya:
a. Bersifat depolitisasi seni
b. Menitikberatkan pada aktivitas teori
c. Tak dapat dijelaskan dengan struktur yang jelas
d. Cerita yang tidak beraturan alurnya.
e. Melahirkan ragam sudut pandang/resepsi
f. Membuat jaringan antara teori dan praktik
g. Penuh dengan eksperimen gaya
h. Pemain dianggap bukan aktor tetapi penanda
i. Properti panggung mudah diubah bentuknya

Bahan bacaan siswa yang dianjurkan:
1. Asul Wiyanto. 2002. Terampil Bermain Drama. Jakarta: Grasindo.
2.Iswadi Pratama, dkk. 2010. Teater Asyik, Asyik Teater. Lampung: Teater Satu.




0 comments:

Posting Komentar

Teater (Part 5)

UNSUR, NILAI DAN FUNGSI SENI TEATER A. Unsur Teater Unsur yang ada di dalam seni teater dibedakan menjadi dua, yaitu: 1. Unsur Intern...