Rabu, 05 Juli 2023

Upgrading Penggerak Komunitas (KOMBEL) #Part 2

Komunitas Belajar, Apa dan Mengapa?

Rabu 5 Juli 2023, masih di lokasi yang sama di Grand HAP Hotel Solo, peserta kegiatan Upgrading Penggerak Komunitas Belajar melanjutkan aktivitas di hari kedua ini. Setelah hari pertama kemarin mendapatkan inspirasi luar biasa dari founder Sanggar Anak Alam (Salam) Yogyakarta, hari ini peserta upgrading mendapatkan materi inti dari tujuan kegiatan ini, yaitu mengenal dan bagaimana membangun Komunitas Belajar di lingkungan peserta kegiatan. Dimulai pukul 07.30, di atrium Wijaya Kusuma lantai 9, kegiatan diawali dengan bergerak bersama, melakukan senam Si Pong dengan seru. Dilanjutkan ice breaking bernyanyi bersama Mas Patria dengan syair kurang lebih seperti ini:

duduk senang, berdiri senang
berputar-putar mencari teman
berputar-putar berkeliling, untuk mencari teman

dengan mencari teman secara berkelompok sesuai jumlah bilangan angka yang ditentukan, pada akhir aktivitas ice breaking terbentuk sepuluh kelompok untuk aktivitas sesi pertama.

Sesi 1 - Komunitas Belajar dalam Sekolah

Difasilitasi narasumber cantik, Mbak Hairun Nissa dan co. fasilitator Mas Hertana Patria, peserta kegiatan upgrading mengawali kegiatan sesi dengan membentuk kesepakatan kelas dan nilai yang dicapai. tersusunlah tujuh kesepakatan kelas antara lain:

  1. Tepat waktu memulai dan mengakhiri kegiatan
  2. Saling menghargai denhan menyimak yang sedang berbicara
  3. Gawai dalam keadaan mode senyap, dan jika menerima telepon di luar ruangan
  4. Antusias dan berbahagia
  5. Rajin, terampil, dan gembira selama sesi
  6. Berkolaborasi dan bergotongroyong dalam mengikuti sesi
  7. Menjaga kebersihan ruangan

Ketujuh kesepakatan kelas di atas, ditandatangan oleh perwakilan peserta bapak Ramlan Marbun, DTK 2022 dari Provinsi Sumatera Utara. 

Melalui aktivitas kelompok, peserta berdiskusi dan menyampaikan pemahaman mengenai apa itu Komunitas belajar. Dari hasil diskusi 10 kelompok yang terbentuk, diperoleh pemahaman bahwa Komunitas Belajar adalah sekelompok Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PTK) yang belajar bersama dan berkolaborasi secara berkelanjutan dengan tujuan yang jelas dan terukur untuk meningkatkan kualitas pembelajaran sehingga berdampak pada hasil belajar murid.

Terdapat tiga Ide Besar pada komunitas belajar yang menjadi landasan dalam menjalankan seluruh kegiatan di dalamnya. Tiga Ide Besar ini meliputi, fokus pada pembelajaran, membudayakan kolaborasi dan tangung jawab kolektif, serta berorientasi pada hasil (pembelajaran murid). Jika ketiganya ini kuat sebagai landasan, maka akan memastikan komunitas belajar berkontribusi pada pembelajaran berkualitas yang dilakukan secara kolaboratif untuk meningkatkan hasil belajar murid.

Sementara itu, Siklus komunitas belajar dalam sekolah merupakan rangkaian pengelolaan yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas PTK dan meningkatkan kualitas hasil belajar murid. Siklus yang dimaksud adalah (1) Refleksi awal, dimana pada kegiatan ini menghasilkan catatan refleksi yang menjadi acuan dalam perencanaan pembelajaran. (2) Perencanaan yang akan menghasilkan rencana pembelajaran yang dapat dimanfaatkan oleh guru. (3) Implementasi, yang merupakan pelaksanaan dari rencana pembelajaran yang telah dibuat bersama. (4) Evaluasi, yang menghasilkan catatan evaluasi dari implementasi untuk dijadikan bahan refleksi awal.

Melalui proses diskusi dari hasil pengamatan sebuah tayangan video berdurasi 17 menit, video tersebut menampilkan adanya seorang pimpinan yang mengajak dua guru dari kelas 4 dan kelas 6 untuk mendiskusikan capaian murid dikelasnya masing-masing, dan apa tantangan serta hambatan yang dihadapi. Terlihat pula, bahwa ide solusi yang dilakukan oleh guru satu, bisa juga menjadi solusi bagi guru lainnya. Inilah salah satu keuntungan sharing pengalaman dan bertukar ide antar sesama guru.
Dari video yang ditampilkan, dapat diambil insight bahwa alur diskusi dalam komunitas belajar dapat disingkat dengan START. Dimulai dari adanya penyampaian Situasi, bagaimana Tantangan yang dihadapi di dalam kelas, seperti apa Aksi guru dalam menyikapi tantangan tersebut, dilanjutkan dengan Refleksi guru terhadap apa yang sudah dilakukan, dan diakhiri dengan Tindak Lanjut. 
Kelompok 2
(Rolla; Anang; Nursiah; Eka; Meylan; Rini)

Dari kelompok lain juga menemukan insight yang berbeda, bahwa dalam suatu alur diskusi kombel, disitu muncullah siklus inquiry, dan bagaimana keterampilan coaching dengan alur tirta yang diterapkan. Sehingga pada akhirnya, suatu komunitas belajar hanya fokus pada murid, murid, dan murid, bukan yang lain.

Sesi 2 - Membangun Tujuan Fundamental & Target dalam Komunitas Belajar

Setelah Ishoma siang, kegiatan upgrading Penggerak Komunitas belajar dilanjutkan dengan penyampaian materi mengenai membangun tujuan fundamental, misi, nilai dan target dalam Komunitas Belajar. Pada jam rawan semacam ini, sesi 2 hari kedua dipandu oleh Bapak Rizqie Irfan sebagai co. Fasilitator mendampingi Ibu Evionora. Diawali dengan ice breaking tangan atas-bawah bum, peserta diajak untuk fokus dan berkonsentrasi. 

Pada materi kali ini, lebih banyak membahas mengenai adanya tim kecil dalam suatu komunitas yang nantinya akan menjadi motor penggerak dari sebuah komunitas. Tim kecil ini merupakan unsur kedua dalam membentuk suatu komunitas. Perlu diketahui bahwa untuk membentuk sebuah komunitas, diperlukan beberapa unsur, antara lain:
1. Penggerak
2. Tim kecil/Tim inti
3. Komitmen bersama
4. Menetapkan tujuan dan nilai bersama
5. Menyesuaikan kondisi yang ada

Dalam hal ini, peran tim kecil sangat tergantung pada dukungan dari pimpinan. Proses untuk memulai perubahan, tim kecil memberikan contoh, mengajak san sebagai fasilitator komunitas. Jika diperlukan, tim kecil ini juga bisa dibentuk oleh pimpinan, dengan menunjuk personel-personel yang dianggap mampu untuk menggerakkan rekan kerja yang lain.


Sementara itu, langkah selanjutnya adalah merefleksikan visi dari satuan pendidikan. Visi sekolah perlu direfleksikan untuk menjadi arah bersama yang dituju oleh semua pemangku kepentingan agar seluruh warga sekolah merasa memiliki visi ini dan tanggung jawab untuk mewujudkannya. Visi harus mengacu pada hasil belajar murid yang diinginkan. Refleksi bertujuan untuk memahami murid dari berbagai aspek, seperti kompetensi, tantangan yang dihadapi, dan profil murid yang ingin dicapai. Proses refleksi mengajak Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PTK) kembali menyadari bahwa setiap pengembangan diri yang dilakukan selalu bertujuan untuk memaksimalkan capaian belajar murid. Data yang dibutuhkan untuk membantu proses refleksi, antara lain, laporan hasil belajar murid, rapor pendidikan, dan hasil dialog dengan murid dan atau orang tua murid.

Langkah ketiga dalam membangun komunitas adalah membangun nilai dan komitmen bersama. Pada saat memfasilitasi pembangunan nilai, kepala sekolah perlu memastikan seluruh PTK yang terlibat dalam komunitas belajar dalam sekolah merasa aman dan nyaman dalam proses belajar, berkolaborasi, dan berkontribusi. Nilai yang dibangun bersama akan lebih mudah dijaga komitmennya. Nilai tersebut menjadi acuan berperilaku bagi semua pada proses belajar dalam komunitas belajar.
Delapan tips Mempersiapkan Komunitas belajar.

Sesi 3 - Tahap Pengembangan Kelompok & Manajemen Konflik

Hari kedua yang padat, tidak menyurutkan semangat peserta upgrading penggerak komunitas belajar. Materi sesi 3 kali ini, peserta dibagi menjadi 2 kelas, yaitu kelas A dan kelas B. Kelas A menempati ruangan 1-2 dan kelas B menempati ruang 3-4. Pada pembagian kelas ini, Bu Rien'z tergabung dalam kelas B, yang dipandu oleh Ibu Faidah, atau Ibu Fai sebagai narasumber dan Mas Dimas Adi Nugraha sebagai co Fasilitator yang memimpin jalannya ice breaking sore ini. Dengan bernyanyi di sini senang, disana senang, lagi-lagi akhir dari aktivitas ini adalah membagi kelas ke dalam dua kelompok.

Sore ini, kedua kelompok bermain peran, dengan kelompok satu memerankan suku wowo, dengan karakter lembut, dan tidak mau disentuh. Sementara tim yang lain memerankan suku Wiwi yang keras, dan suka menyentuh lawannya. Ada satu aktivitas dari kedua suku, yaitu saling melakukan jual-beli. Dengan perbedaan karakter kedua suku, berhasilkah proses jual-beli tersebut?

Dalam suatu komunitas, pengembangan kelompok melalui lima tahapan, yaitu Forming, Storming, Norming, Performing dan Adjourning. Tahap Forming terjadi pada saat awal-pembentukan kelompok. Pada fase ini, individu sedang mencoba untuk mengenal satu sama lain. Ada kecenderungan untuk menghindari konflik dan mencari persetujuan. 

Tahap kedua yaitu Storming, dimana pada tahap ini individu mulai merasa nyaman dan berani mengekspresikan opini mereka. Dalam hal ini, tentu saja masing-masing individu bisa memiliki opini yang berbeda. Disinilah, konflik dalam komunitas dimulai. Fase ini merupakan fase tersulit yang dilalui dalam sebuah pengembangan kelompok.

Fase ketiga adalah Norming. Fase ini terjadi ketika anggota komunitas sudah mulai memikirkan cara penyelesaian konflik. Mereka mulai mengembangkan hubungan yang lebih baik. Untuk dapat masuk ke fase norming, seorang penggerak komunitas belajar sangat perlu memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk manajemen konflik. Dalam manajemen konflik, bisa menggunakan pisau analisis Conflict tree seperti pada gambar di bawah ini.

Seorang penggerak Komunitas belajar harus mampu menganalisis latar belakang konflik yang terjadi di komunitasnya

Managing conclict adalah kompetensi yang dapat membuat seseorang menghadapi konflik dan pertentangan dengan orang lain secara efektif Hal ini dilakukan dengan menggunakan gaya dan metode interpersonal yang tepat untuk mengurangi ketegangan atau konflik antara dua orang atau lebih. Sehingga pada khirnya akan ditemukan penyelesaian terbaik.

Tahap selanjutnya adalah Performing, dimana kelompok benar-benar terbentuk dan mulai bekerja secara efektif. Pada fase ini, anggota kelompok telah memiliki hubungan yang baik satu sama lain, memahami tujuan kelompok, dan bekerja sama untuk mencapai tujuan tersebut. Kelompok pada fase performing cenderung menghasilkan hasil yang signifikan dan berkualitas.

Dan tahapan terakhir adalah Adjourning. Fase adjourning terjadi ketika kelompok telah menyelesaikan tugas yang diberikan dan siap untuk membubarkan diri. Pada fase ini, anggota kelompok mungkin merasa sedih atau kehilangan karena harus berpisah dari rekan-rekan yang telah lama dikenal. Fase adjourning juga dapat berarti bahwa kelompok akan bubar secara permanen, atau bisa juga berarti bahwa kelompok akan terus berlanjut dengan tugas-tugas atau tujuan yang baru.

Aktivitas hari kedua akhirnya selesai. Kami pun segera kembali ke kamar masing-masing untuk beristirahat, mempersiapkan diri untuk mengikuti aktivitas selanjutnya esok pagi.



Location: Jl. Slamet Riyadi No.331, Purwosari, Kec. Laweyan, Kota Surakarta, Jawa Tengah 57142, Indonesia

0 comments:

Posting Komentar

Manajemen Pertunjukan Seni Tari

Manajemen Pertunjukan Seni Tari Materi Seni Tari Semester Genap 1. Pengertian Manajemen Pertunjukan Seni Tari Manajemen pertunjukan seni tar...