SMK Negeri 1 Pleret

SMK Negeri 1 Pleret, berlokasi di Jalan Imogiri Timur, km.9 Dusun Jati, Desa Wonokromo, Kapanewon Pleret, Daerah Istimewa Yogyakarta
Terdapat 4 Kompetensi Keahlian, Yaitu:
1. Teknik Instalasi Tenaga Listrik (TITL)
2. Teknik Jaringan Tenaga Listrik (TJTL)
3. Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ)
4. Teknik dan Bisnis Sepeda Motor (TBSM)

Kelas Seni Budaya Bersama Bu Rienz

Jika anda menempuh pendidikan di SMKN 1 Pleret, nanti akan berjumpa dengan Bu Rienz di kelas Seni Budaya.
Kelas Seni Budaya hanya ditempuh di kelas X saja, dengan jumlah jam tatap muka 3 JPL dalam sepekan.

Kegiatan SAGUGABLOG Lanjut 70

Ikatan Guru Indonesia (IGI) menyelenggarakan kegiatan yang sangat menarik, yaitu Sagusablog, atau SAtu GUru SAtu BLOG.
Kegiatan ini diawali dengan kelas sagusablog dasar, kemudian bagi peserta yang lulus, diperbolehkan untuk mengikuti kelas sagusablog lanjut.

Kamis, 06 Juli 2023

Upgrading Penggerak Komunitas (KOMBEL) #Part 3 (end)

Sahabat Penggerak Komunitas Belajar

Kamis 6 Juli 2023, Hari ketiga aktivitas kami di kegiatan Upgrading Penggerak Komunitas Belajar bersama Duta Teknologi Kemendikbudristek tahun 2021 dan 2022. Sampai detik ini, kami masih semangat untuk menimba ilmu, meningkatkan kapasitas kami yang nantinya akan menjadi penggerak komunitas di satuan pendidikan masing-masing dan mengimbaskan kepada penggerak-penggerak komunitas antar sekolah yang lain. Dihari ketiga ini, kami masih terbagi menjadi dua kelas, yaitu kelas A dan kelas B. Jika hari kedua kemarin, kita mempelajari materi mengenai Membangun komunitas, merumuskan visi dan tujuan hingga manajemen konflik, kali ini materinya sangat luar biasa, yaitu mengenai fasilitasi dan sosial emosional.

Sesi 1 - Keterampilan Fasilitasi

Pagi ini, kelas B dipandu oleh mas Patria dalam mendalami materi fasilitasi. Diawali dengan bermain cing ciripit, kami membentuk lingakaran tidak sempurna di tengah ruangan dan bersama-sama menyatukan fokus dan konsentrasi, bahwa tubuh kita dan pikiran kita ada di ruangan ini. Banyak hal baru yang kami dapatkan di sini, bahwa fasilitasi, berasal dari kata dasar fasile (bahasa latin) yang artinya mudah, sederhana. Disini maksudnya adalah seorang fasilitator diharapkan bisa memudahkan komunitasnya, menjembatani anggota komunitas untuk ikut berkontribusi dalam mencapai tujuan bersama.

Sangat komunikatif dan menyenangkan kegiatan kali ini. Peserta langsung mempraktikkan proses fasilitasi melalui kelompok masing-masing. Kami berbagi peran sebagai Fasilitator, Observer dan yang lainnya berperan sebagai anggota. 

Sesi 2 - Pembelajaran Sosial Emosional

Setelah cofee break selama kurang lebih 15 menit, kami kembali masuk di kelas B. Di dalam ruangan sudah menunggu fasilitator sesi selanjutnya, yaitu materi tentang Pembelajaran Sosial Emosional. Dipandu oleh Mas Qadry, kami mengawali sesi dengan menuangkan emosi apa yang pernah kami alami dalam bentuk gambar, kemudian kami sampaikan kepada anggota kelompok masing-masing. O iya, anggota kelompoknya masih sama dengan kelompok di sesi Fasilitasi sebelumnya. 

Satu hal yang sangat menarik pada pembelajaran sesi ini, adalah ternyata kami selama ini masih kurang mengenal diri masing-masing. bahkan dengan benda yang sudah kami miliki bertahun-tahun pun kami kurang peka untuk mengenalinya secara detail. Luar biasa, memang hal utamanya adalah bagaimana kita bisa mengenali diri sendiri, sebelum kita mengenal orang lain.

Ada lima kompetensi sosial yang harus dimiliki seorang penggerak komunitas, antara lain:
1. Kesadaran Diri, untuk mengenali diri sendiri secara akurat, sehingga mampu mengenali keterkaitan antara perasaan, tindakan dan pikiran yang dilakukan.
2. Manajemen Diri, untuk mengatur emosi, pikiran, perilaku dalam berbagai situasi, sehingga dapat menangani stress, mengontrol hasrat dan bertahan menghadapi tantangan
3. Kesadaran Sosial, untuk berempati dengan orang lain, serta mengambil perspektif dari berbagai sudut pandang
4. Kemampuan Berelasi, untuk membangun dan memelihara suatu hubungan yang sehat antara individu dan kelompok
5. Membuat Keputusan yang Bertanggung Jawab, merupakan kemampuan untuk membuat pilihan yang konstruktif, benar dan cara bertindak sesuai etis norma sosial dan keselamatan.
Luar biasa materi kali ini, sangat bermanfaat untuk membekali kami sebagai sahabat penggerak komunitas

Sesi 3 - Optimalisasi Platform Merdeka Mengajar

Pada sesi ke-3 ini, masih di jam rawan, selepas istirahat makan siang dan sholat dhuhur, kami dikembalikan di kelas besar, dimana semua peserta tergabung dalam 1 ruangan kembali. Dengan dipandu oleh mas Qadry, kami dikelompokkan kembali seperti pada sesi di hari kedua kemarin. Dalam kegiatan Optimalisasi PMM ini, kami diberi tugas kelompok untuk membedah satu fitur di PMM, dan menuangkan hasil diskudi kami pada kertas Plano yang disediakan. Selanjutnya, kami melakukan aktivitas Window Shoping, dimana masing-masing kelompok menampilkan hasil diskusinya pada tembok atau papan, dan membagi anggota untuk menjadi penjaga "toko", serta anggota yang lain menjadi "pembeli" atau pencari informasi dari kelompok lain.

Sangat menyenangkan, apalagi di akhir sesi, kami bermain jago suit, dimana pada akhir permainan terpilih satu jagoan suit yang memiliki anggota seluruh peserta pelatihan.. woooww... seru banget..!


Sesi 4 - Rencana Tindak Lanjut

Nah, acara terakhir ini, adalah final tugas kami sebagai peserta Upgrading Penggerak Komunitas Belajar. Kami diberi tugas untuk membuat rencana tindak lanjut dari hasil pelatihan ini. Rencana tindak lanjut ini, dibagi dalam 3 rencana, yaitu rencana jangka pendek, rencana jangka panjang dan rencana jangka menengah. Kelanjutan dari RTL yang kami susun ini, harapannya dapat dilaksanakan di satuan pendidikan masing-masing, dan bisa dikembangkan ke luar instansi.

Daaan, akhirnya pada pukul 17.30, kegiatan upgrading penggerak komunitas ini resmi ditutup dengan upacara penutupan yang sangat sederhana. Dan kami pun mengakhiri sesi dengan foto bersama untuk dokumentasi dan kenang-kenangan.
Sampai jumpa Surakarta... kami akan merindukan kenangan indah ini...



Rabu, 05 Juli 2023

Upgrading Penggerak Komunitas (KOMBEL) #Part 2

Komunitas Belajar, Apa dan Mengapa?

Rabu 5 Juli 2023, masih di lokasi yang sama di Grand HAP Hotel Solo, peserta kegiatan Upgrading Penggerak Komunitas Belajar melanjutkan aktivitas di hari kedua ini. Setelah hari pertama kemarin mendapatkan inspirasi luar biasa dari founder Sanggar Anak Alam (Salam) Yogyakarta, hari ini peserta upgrading mendapatkan materi inti dari tujuan kegiatan ini, yaitu mengenal dan bagaimana membangun Komunitas Belajar di lingkungan peserta kegiatan. Dimulai pukul 07.30, di atrium Wijaya Kusuma lantai 9, kegiatan diawali dengan bergerak bersama, melakukan senam Si Pong dengan seru. Dilanjutkan ice breaking bernyanyi bersama Mas Patria dengan syair kurang lebih seperti ini:

duduk senang, berdiri senang
berputar-putar mencari teman
berputar-putar berkeliling, untuk mencari teman

dengan mencari teman secara berkelompok sesuai jumlah bilangan angka yang ditentukan, pada akhir aktivitas ice breaking terbentuk sepuluh kelompok untuk aktivitas sesi pertama.

Sesi 1 - Komunitas Belajar dalam Sekolah

Difasilitasi narasumber cantik, Mbak Hairun Nissa dan co. fasilitator Mas Hertana Patria, peserta kegiatan upgrading mengawali kegiatan sesi dengan membentuk kesepakatan kelas dan nilai yang dicapai. tersusunlah tujuh kesepakatan kelas antara lain:

  1. Tepat waktu memulai dan mengakhiri kegiatan
  2. Saling menghargai denhan menyimak yang sedang berbicara
  3. Gawai dalam keadaan mode senyap, dan jika menerima telepon di luar ruangan
  4. Antusias dan berbahagia
  5. Rajin, terampil, dan gembira selama sesi
  6. Berkolaborasi dan bergotongroyong dalam mengikuti sesi
  7. Menjaga kebersihan ruangan

Ketujuh kesepakatan kelas di atas, ditandatangan oleh perwakilan peserta bapak Ramlan Marbun, DTK 2022 dari Provinsi Sumatera Utara. 

Melalui aktivitas kelompok, peserta berdiskusi dan menyampaikan pemahaman mengenai apa itu Komunitas belajar. Dari hasil diskusi 10 kelompok yang terbentuk, diperoleh pemahaman bahwa Komunitas Belajar adalah sekelompok Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PTK) yang belajar bersama dan berkolaborasi secara berkelanjutan dengan tujuan yang jelas dan terukur untuk meningkatkan kualitas pembelajaran sehingga berdampak pada hasil belajar murid.

Terdapat tiga Ide Besar pada komunitas belajar yang menjadi landasan dalam menjalankan seluruh kegiatan di dalamnya. Tiga Ide Besar ini meliputi, fokus pada pembelajaran, membudayakan kolaborasi dan tangung jawab kolektif, serta berorientasi pada hasil (pembelajaran murid). Jika ketiganya ini kuat sebagai landasan, maka akan memastikan komunitas belajar berkontribusi pada pembelajaran berkualitas yang dilakukan secara kolaboratif untuk meningkatkan hasil belajar murid.

Sementara itu, Siklus komunitas belajar dalam sekolah merupakan rangkaian pengelolaan yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas PTK dan meningkatkan kualitas hasil belajar murid. Siklus yang dimaksud adalah (1) Refleksi awal, dimana pada kegiatan ini menghasilkan catatan refleksi yang menjadi acuan dalam perencanaan pembelajaran. (2) Perencanaan yang akan menghasilkan rencana pembelajaran yang dapat dimanfaatkan oleh guru. (3) Implementasi, yang merupakan pelaksanaan dari rencana pembelajaran yang telah dibuat bersama. (4) Evaluasi, yang menghasilkan catatan evaluasi dari implementasi untuk dijadikan bahan refleksi awal.

Melalui proses diskusi dari hasil pengamatan sebuah tayangan video berdurasi 17 menit, video tersebut menampilkan adanya seorang pimpinan yang mengajak dua guru dari kelas 4 dan kelas 6 untuk mendiskusikan capaian murid dikelasnya masing-masing, dan apa tantangan serta hambatan yang dihadapi. Terlihat pula, bahwa ide solusi yang dilakukan oleh guru satu, bisa juga menjadi solusi bagi guru lainnya. Inilah salah satu keuntungan sharing pengalaman dan bertukar ide antar sesama guru.
Dari video yang ditampilkan, dapat diambil insight bahwa alur diskusi dalam komunitas belajar dapat disingkat dengan START. Dimulai dari adanya penyampaian Situasi, bagaimana Tantangan yang dihadapi di dalam kelas, seperti apa Aksi guru dalam menyikapi tantangan tersebut, dilanjutkan dengan Refleksi guru terhadap apa yang sudah dilakukan, dan diakhiri dengan Tindak Lanjut. 
Kelompok 2
(Rolla; Anang; Nursiah; Eka; Meylan; Rini)

Dari kelompok lain juga menemukan insight yang berbeda, bahwa dalam suatu alur diskusi kombel, disitu muncullah siklus inquiry, dan bagaimana keterampilan coaching dengan alur tirta yang diterapkan. Sehingga pada akhirnya, suatu komunitas belajar hanya fokus pada murid, murid, dan murid, bukan yang lain.

Sesi 2 - Membangun Tujuan Fundamental & Target dalam Komunitas Belajar

Setelah Ishoma siang, kegiatan upgrading Penggerak Komunitas belajar dilanjutkan dengan penyampaian materi mengenai membangun tujuan fundamental, misi, nilai dan target dalam Komunitas Belajar. Pada jam rawan semacam ini, sesi 2 hari kedua dipandu oleh Bapak Rizqie Irfan sebagai co. Fasilitator mendampingi Ibu Evionora. Diawali dengan ice breaking tangan atas-bawah bum, peserta diajak untuk fokus dan berkonsentrasi. 

Pada materi kali ini, lebih banyak membahas mengenai adanya tim kecil dalam suatu komunitas yang nantinya akan menjadi motor penggerak dari sebuah komunitas. Tim kecil ini merupakan unsur kedua dalam membentuk suatu komunitas. Perlu diketahui bahwa untuk membentuk sebuah komunitas, diperlukan beberapa unsur, antara lain:
1. Penggerak
2. Tim kecil/Tim inti
3. Komitmen bersama
4. Menetapkan tujuan dan nilai bersama
5. Menyesuaikan kondisi yang ada

Dalam hal ini, peran tim kecil sangat tergantung pada dukungan dari pimpinan. Proses untuk memulai perubahan, tim kecil memberikan contoh, mengajak san sebagai fasilitator komunitas. Jika diperlukan, tim kecil ini juga bisa dibentuk oleh pimpinan, dengan menunjuk personel-personel yang dianggap mampu untuk menggerakkan rekan kerja yang lain.


Sementara itu, langkah selanjutnya adalah merefleksikan visi dari satuan pendidikan. Visi sekolah perlu direfleksikan untuk menjadi arah bersama yang dituju oleh semua pemangku kepentingan agar seluruh warga sekolah merasa memiliki visi ini dan tanggung jawab untuk mewujudkannya. Visi harus mengacu pada hasil belajar murid yang diinginkan. Refleksi bertujuan untuk memahami murid dari berbagai aspek, seperti kompetensi, tantangan yang dihadapi, dan profil murid yang ingin dicapai. Proses refleksi mengajak Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PTK) kembali menyadari bahwa setiap pengembangan diri yang dilakukan selalu bertujuan untuk memaksimalkan capaian belajar murid. Data yang dibutuhkan untuk membantu proses refleksi, antara lain, laporan hasil belajar murid, rapor pendidikan, dan hasil dialog dengan murid dan atau orang tua murid.

Langkah ketiga dalam membangun komunitas adalah membangun nilai dan komitmen bersama. Pada saat memfasilitasi pembangunan nilai, kepala sekolah perlu memastikan seluruh PTK yang terlibat dalam komunitas belajar dalam sekolah merasa aman dan nyaman dalam proses belajar, berkolaborasi, dan berkontribusi. Nilai yang dibangun bersama akan lebih mudah dijaga komitmennya. Nilai tersebut menjadi acuan berperilaku bagi semua pada proses belajar dalam komunitas belajar.
Delapan tips Mempersiapkan Komunitas belajar.

Sesi 3 - Tahap Pengembangan Kelompok & Manajemen Konflik

Hari kedua yang padat, tidak menyurutkan semangat peserta upgrading penggerak komunitas belajar. Materi sesi 3 kali ini, peserta dibagi menjadi 2 kelas, yaitu kelas A dan kelas B. Kelas A menempati ruangan 1-2 dan kelas B menempati ruang 3-4. Pada pembagian kelas ini, Bu Rien'z tergabung dalam kelas B, yang dipandu oleh Ibu Faidah, atau Ibu Fai sebagai narasumber dan Mas Dimas Adi Nugraha sebagai co Fasilitator yang memimpin jalannya ice breaking sore ini. Dengan bernyanyi di sini senang, disana senang, lagi-lagi akhir dari aktivitas ini adalah membagi kelas ke dalam dua kelompok.

Sore ini, kedua kelompok bermain peran, dengan kelompok satu memerankan suku wowo, dengan karakter lembut, dan tidak mau disentuh. Sementara tim yang lain memerankan suku Wiwi yang keras, dan suka menyentuh lawannya. Ada satu aktivitas dari kedua suku, yaitu saling melakukan jual-beli. Dengan perbedaan karakter kedua suku, berhasilkah proses jual-beli tersebut?

Dalam suatu komunitas, pengembangan kelompok melalui lima tahapan, yaitu Forming, Storming, Norming, Performing dan Adjourning. Tahap Forming terjadi pada saat awal-pembentukan kelompok. Pada fase ini, individu sedang mencoba untuk mengenal satu sama lain. Ada kecenderungan untuk menghindari konflik dan mencari persetujuan. 

Tahap kedua yaitu Storming, dimana pada tahap ini individu mulai merasa nyaman dan berani mengekspresikan opini mereka. Dalam hal ini, tentu saja masing-masing individu bisa memiliki opini yang berbeda. Disinilah, konflik dalam komunitas dimulai. Fase ini merupakan fase tersulit yang dilalui dalam sebuah pengembangan kelompok.

Fase ketiga adalah Norming. Fase ini terjadi ketika anggota komunitas sudah mulai memikirkan cara penyelesaian konflik. Mereka mulai mengembangkan hubungan yang lebih baik. Untuk dapat masuk ke fase norming, seorang penggerak komunitas belajar sangat perlu memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk manajemen konflik. Dalam manajemen konflik, bisa menggunakan pisau analisis Conflict tree seperti pada gambar di bawah ini.

Seorang penggerak Komunitas belajar harus mampu menganalisis latar belakang konflik yang terjadi di komunitasnya

Managing conclict adalah kompetensi yang dapat membuat seseorang menghadapi konflik dan pertentangan dengan orang lain secara efektif Hal ini dilakukan dengan menggunakan gaya dan metode interpersonal yang tepat untuk mengurangi ketegangan atau konflik antara dua orang atau lebih. Sehingga pada khirnya akan ditemukan penyelesaian terbaik.

Tahap selanjutnya adalah Performing, dimana kelompok benar-benar terbentuk dan mulai bekerja secara efektif. Pada fase ini, anggota kelompok telah memiliki hubungan yang baik satu sama lain, memahami tujuan kelompok, dan bekerja sama untuk mencapai tujuan tersebut. Kelompok pada fase performing cenderung menghasilkan hasil yang signifikan dan berkualitas.

Dan tahapan terakhir adalah Adjourning. Fase adjourning terjadi ketika kelompok telah menyelesaikan tugas yang diberikan dan siap untuk membubarkan diri. Pada fase ini, anggota kelompok mungkin merasa sedih atau kehilangan karena harus berpisah dari rekan-rekan yang telah lama dikenal. Fase adjourning juga dapat berarti bahwa kelompok akan bubar secara permanen, atau bisa juga berarti bahwa kelompok akan terus berlanjut dengan tugas-tugas atau tujuan yang baru.

Aktivitas hari kedua akhirnya selesai. Kami pun segera kembali ke kamar masing-masing untuk beristirahat, mempersiapkan diri untuk mengikuti aktivitas selanjutnya esok pagi.



Upgrading Penggerak Komunitas (KOMBEL) #Part 1

Kota Solo, Kami Datang

Selasa, 4 Juli 2023 sejumlah 66 Duta Teknologi dari 34 Provinsi di Indonesia kembali reunian secara luring. Kali ini lokasinya di Jawa Tengah, tepatnya kota Surakarta. Luar biasa sangat senang sekali, bisa berkesempatan berjumpa kembali dengan rekan-rekan DTK 2021 dan 2022 setelah 3 bulan berpisah, sejak perjumpaan terakhir kami di Jakarta pertengahan Maret lalu.

Kali ini, kami dipertemukan dalam kegiatan Peningkatan Kapasitas Komunitas Penggerak yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah dan Pendidikan Khusus (Dirjen Dikmensus). Bertempat di Grand H.A.P Hotel Jalan Slamet Riyadi, Laweyan Surakarta, kegiatan ini berlangsung selama empat hari, mulai hari Selasa, 4 Juli hingga Jum'at, 7 Juli 2023.

Acara Pembukaan

Diawali dengan ceremonial pembukaan pada pukul 16.00-17.00 WIB, panitia kegiatan memfasilitasi ballroom yang luas dan nyaman di lantai 9 hotel ini. Berturut-turut menyampaikan sambutan, Bapak Saiful Baru, S.Kom., M.Eng., selaku Koordinator Pokja Transformasi Pembelajaran Direktorat Guru Dikmen dan Diksus. Dilanjutkan Subkoordinator Pokja Transformasi Pembelajaran Direktorat Guru Dikmen dan Diksus, bapak Uji Hartono, S.S., sekaligus membuka kegiatan Peningkatan Kapasitas Komunitas Penggerak. Cukup spesial juga, dengan hadirnya Direktur Guru Dikmen dan Diksus, Bapak Putra Asga Elevri, S.Si., M.Si. ditengah kesibukan beliau dalam perjalanan menuju Papua, beliau masih menyempatkan diri untuk menyampaikan sambutan dan berinteraksi dengan peserta yang luring di Solo melalui zoom.

Dalam kesempatan ini, Bapak Asga memberikan kesempatan kepada empat perwakilan peserta untuk menceritakan pengalaman selama menjadi penggerak komunitas. Apa tantangan dan hambatan yang dihadapi, hingga bagaimana menemukan solusinya. Dengan diskusi tersebut, tidak terasa kegiatan selama 60 menit terlaksana dengan begitu cepat.

Sesi 1 - Inspirasi Merdeka Belajar

Setelah peserta istirahat, sholat dan makan malam, kami kembali berkumpul di atrium Wijaya Kusuma lantai 9 untuk mengikuti agenda sesi 1, yaitu Inspirasi Merdeka Belajar. Dalam kesempatan ini menghadirkan narasumber yang sangat luar biasa, yaitu Founder Sanggar Anak Alam (Salam) Yogyakarta, Ibu Sri Wahyaningsih atau akrab dipanggil bu Wahya. Salam Yogyakarta didirikan pada 20 Juni 2020 oleh ibu Wahya bersama suami, bapak Toto Rahardjo di kapanewon Kasihan Bantul. 

Mengusung prinsip dasar Jaga Diri, Jaga Teman, Jaga Lingkungan dan empat pilar pendidikan meliputi pangan, kesehatan, lingkungan hidup dan sosial budaya. Menjawab bagaimana inspirasi Sanggar Anak Alam didirikan, beliau menyampaikan bahwa konsepnya berawal dari kenyataan, dimana kita hidup di tanah yang gemah ripah loh jinawi, dan mengapa pendidikan di Indonesia selalu diseragamkan? Sementara lingkungan kita sangat beragam dari Sabang sampai Merauke. Sehingga pada akhirnya pendidikan justru membuat anak tidak mengenal daerah sendiri.

Dengan konsep sekolah tanpa mata pelajaran, Sanggar Anak Alam memberikan pengajaran dasar calistung, dan mata pelajaran lain secara terintegrasi. Jadi, tidak semata-mata belajar matematika, bahasa, sejarah, budaya dll melalui hasil riset yang dilakukan oleh murid. Pelibatan orang tua dilakukan dengan usulan sumber belajar dis ekitar lingkungan tempat tinggal, menjadi pilihan sumber riset yang dilakukan oleh murid. Pada saat murid melakukan riset, meraka belajar langsung dari masalah-masalah yang dihadapi.

Mengenai bagaimana capaian belajar bisa tercapai, Sanggar Anak Alam menggunakan tiga pertanyaan mampu apa? Terampil apa? Menentukan Siklus apa? Sehingga muncullah daur belajar, yaitu merencanakan, melakukan, ungkap data, analisis, dan penyimpulan. Pada akhir tahun, murid Salam Yogyakarta melakukan gelar karya sebagai bukti pencapaian belajar murid, yang dapat disaksikan oleh orang tua, dan masyarakat secara terbuka.

Sesi inspirasi Merdeka kali ini sangat menarik dan menumbuhkan semangat bagi para peserta upgrading penggerak komunitas. Tidak terasa, waktu kegiatan melebihi schedule yang ditetapkan pada panduan. Meski demikian, semua peserta masih semangat dan antusias mengikuti sesi hingga pukul 21.30 WIB. 


Manajemen Pertunjukan Seni Tari

Manajemen Pertunjukan Seni Tari Materi Seni Tari Semester Genap 1. Pengertian Manajemen Pertunjukan Seni Tari Manajemen pertunjukan seni tar...