SMK Negeri 1 Pleret

SMK Negeri 1 Pleret, berlokasi di Jalan Imogiri Timur, km.9 Dusun Jati, Desa Wonokromo, Kapanewon Pleret, Daerah Istimewa Yogyakarta
Terdapat 4 Kompetensi Keahlian, Yaitu:
1. Teknik Instalasi Tenaga Listrik (TITL)
2. Teknik Jaringan Tenaga Listrik (TJTL)
3. Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ)
4. Teknik dan Bisnis Sepeda Motor (TBSM)

Kelas Seni Budaya Bersama Bu Rienz

Jika anda menempuh pendidikan di SMKN 1 Pleret, nanti akan berjumpa dengan Bu Rienz di kelas Seni Budaya.
Kelas Seni Budaya hanya ditempuh di kelas X saja, dengan jumlah jam tatap muka 3 JPL dalam sepekan.

Kegiatan SAGUGABLOG Lanjut 70

Ikatan Guru Indonesia (IGI) menyelenggarakan kegiatan yang sangat menarik, yaitu Sagusablog, atau SAtu GUru SAtu BLOG.
Kegiatan ini diawali dengan kelas sagusablog dasar, kemudian bagi peserta yang lulus, diperbolehkan untuk mengikuti kelas sagusablog lanjut.

Selasa, 21 Mei 2024

Manajemen Pertunjukan Seni Tari

Manajemen Pertunjukan Seni Tari

Materi Seni Tari Semester Genap

1. Pengertian Manajemen Pertunjukan Seni Tari

Manajemen pertunjukan seni tari adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan sumber daya untuk mencapai tujuan tertentu dalam penyelenggaraan pertunjukan tari. Manajemen ini mencakup berbagai aspek mulai dari konsep, persiapan, pelaksanaan hingga evaluasi pertunjukan.

2. Komponen Utama dalam Manajemen Pertunjukan Seni Tari

a. Perencanaan

Perencanaan adalah tahap awal yang melibatkan penentuan tujuan, tema, dan konsep pertunjukan. Dalam tahap ini, manajer pertunjukan bekerja sama dengan koreografer, penari, dan tim kreatif untuk menyusun rencana yang detail, termasuk:
    1. Penentuan Tema dan Konsep: Menentukan tema yang akan diusung dalam pertunjukan dan konsep artistik yang ingin ditampilkan.
    2. Pembuatan Jadwal: Menetapkan jadwal latihan, teknis dan hari pertunjukan.
    3. Anggaran: Merencanakan anggaran yang mencakup biaya produksi, honorarium penari, promosi, dan biaya tak terduga.
b. Pengorganisasian

Pada tahap ini, manajer mengatur segala aspek yang diperlukan untuk mewujudkan rencana. Ini mencakup:
    1. Tim Produksi: Membentuk tim yang terdiri dari koreografer, penata musik, penata panggung, penata cahaya, dan tim teknis lainnya.
    2. Lokasi: Memilih dan memesan tempat pertunjukan yang sesuai.
    3. Perlengkapan dan Kostum: Menyediakan semua kebutuhan perlengkapan dan kostum untuk penari.
c. Pengarahan

Pengarahan melibatkan kepemimpinan dan koordinasi di antara tim produksi dan penari untuk memastikan semua pihak bekerja sesuai rencana. Aktivitas dalam tahap ini antara lain:
    1. Latihan Intensif: Mengarahkan dan memantau latihan untuk memastikan penari siap untuk tampil.
    2. Koordinasi Tim: Memastikan semua anggota tim memahami tugas dan tanggung jawab mereka.
d. Pengawasan

Pengawasan bertujuan untuk memastikan bahwa semua aspek pertunjukan berjalan sesuai rencana dan mengatasi masalah yang muncul. Ini mencakup:

    1. Pengawasan Latihan: Memantau latihan dan memberikan umpan balik.
    2. Penilaian Kinerja: Menilai penampilan selama latihan dan memberikan saran perbaikan.
    3. Evaluasi Pasca Pertunjukan: Melakukan evaluasi keseluruhan setelah pertunjukan selesai untuk menilai keberhasilan dan mencari area untuk perbaikan di masa depan.

3. Tahap-Tahap dalam Penyelenggaraan Pertunjukan Tari

a. Pra-Produksi
    1. Konsep dan Perencanaan: Mengembangkan ide dasar dan tujuan pertunjukan.
    2. Pengembangan Skenario: Menulis naskah atau skenario yang jelas.
    3. Rekrutmen dan Pelatihan: Merekrut penari dan memberikan pelatihan yang diperlukan.
b. Produksi
    1. Latihan dan Rehearsal: Melakukan latihan rutin dan gladi bersih.
    2. Persiapan Teknis: Menyiapkan semua aspek teknis termasuk pencahayaan, sound system, dan tata panggung.
    3. Promosi dan Publisitas: Mempromosikan pertunjukan untuk menarik penonton.
c. Pertunjukan
    1. Pelaksanaan Pertunjukan: Menjalankan pertunjukan sesuai dengan rencana yang telah dibuat.
    2. Manajemen Penonton: Mengelola penonton, mulai dari penjualan tiket hingga pengaturan tempat duduk.
d. Pasca Produksi
    1. Evaluasi: Mengevaluasi keseluruhan pertunjukan dan mengidentifikasi area yang dapat ditingkatkan.
    2. Laporan Keuangan: Membuat laporan keuangan yang mencakup semua pengeluaran dan pendapatan.
    3. Dokumentasi: Mendokumentasikan pertunjukan untuk keperluan arsip dan referensi masa depan.

4. Tantangan dalam Manajemen Pertunjukan Seni Tari

a. Pengelolaan Anggaran

Mengelola anggaran dengan bijak untuk memastikan semua aspek pertunjukan dapat terlaksana tanpa kekurangan dana.

b. Koordinasi Tim

Mengkoordinasikan berbagai elemen tim produksi yang terdiri dari individu dengan berbagai keahlian dan latar belakang yang berbeda.

c. Promosi dan Pemasaran

Mempromosikan pertunjukan untuk memastikan penjualan tiket yang memadai dan mendatangkan penonton.

d. Penanganan Teknis

Mengatasi masalah teknis yang mungkin terjadi selama persiapan dan pelaksanaan pertunjukan.

5. Kesimpulan

Manajemen pertunjukan seni tari adalah proses yang kompleks dan membutuhkan perencanaan yang matang, koordinasi yang baik, serta evaluasi yang mendalam. Dengan manajemen yang efektif, sebuah pertunjukan tari dapat menjadi sukses dan memberikan pengalaman yang tak terlupakan bagi penontonnya.

Sabtu, 19 Agustus 2023

Lokakarya Orientasi PGP A-9


Calon Guru Penggerak A-9 Kabupaten Bantul Mengikuti Lokakarya Orientasi Pendidikan Guru Penggerak

Pada hari Sabtu, 19 Agustus 2023, Balai Besar Guru Penggerak DIY menyelenggarakan Lokakarya Orientasi Calon Guru Penggerak angkatan ke-9. Kegiatan ini diadakan secara daring mulai pukul 08.00 hingga 16.00 dan diikuti oleh sejumlah calon guru penggerak yang antusias untuk berpartisipasi dalam program ini.

1. Pembukaan Lokakarya

Lokakarya dibuka tepat pada pukul 08.00 dengan sambutan dari Kepala Balai Besar Guru Penggerak DIY. Beliau menekankan pentingnya peran guru penggerak dalam memajukan kualitas pendidikan di Indonesia. Acara pembukaan juga diwarnai dengan pemutaran video singkat yang menggambarkan perjalanan dan pencapaian program Guru Penggerak sebelumnya.

2. Agenda dan Tujuan Lokakarya

Selanjutnya, moderator memaparkan agenda dan tujuan lokakarya. Tujuan utama dari lokakarya ini adalah untuk memberikan orientasi kepada calon guru penggerak tentang program Guru Penggerak, memperkenalkan mereka pada perjalanan yang akan mereka tempuh, dan membekali mereka dengan pengetahuan serta keterampilan yang diperlukan.

3. Perkenalan Diri

Setelah penjelasan agenda, peserta diminta untuk memperkenalkan diri. Setiap peserta memberikan gambaran singkat tentang latar belakang mereka, pengalaman mengajar, dan motivasi mereka untuk bergabung dalam program Guru Penggerak. Sesi ini bertujuan untuk menciptakan suasana akrab dan saling mengenal antar peserta.

4. Kesepakatan Kelas

Untuk memastikan lokakarya berjalan dengan lancar, fasilitator memimpin sesi kesepakatan kelas. Para peserta bersama-sama menyusun dan menyepakati aturan-aturan yang akan diikuti selama lokakarya, seperti etika komunikasi, waktu istirahat, dan penggunaan fitur dalam platform daring.

5. Harapan dan Kekhawatiran

Dalam sesi ini, peserta diajak untuk menuliskan harapan dan kekhawatiran mereka terkait program Guru Penggerak. Beberapa peserta mengungkapkan harapan besar mereka untuk dapat berkontribusi lebih dalam dunia pendidikan, sementara yang lain menyampaikan kekhawatiran terkait tantangan yang mungkin dihadapi selama program berlangsung.

6. Pengantar Program PGP & Perjalanan Calon Guru Penggerak

Materi utama dimulai dengan pengantar tentang Program Guru Penggerak (PGP) dan perjalanan yang akan ditempuh oleh calon guru penggerak. Narasumber dari Balai Besar Guru Penggerak DIY menjelaskan berbagai tahap dan komponen program, serta bagaimana setiap tahap dirancang untuk mengembangkan kompetensi peserta.

7. Posisi Diri

Peserta kemudian diajak untuk melakukan refleksi tentang posisi diri mereka saat ini sebagai guru. Mereka diminta untuk merenungkan kekuatan dan area yang perlu ditingkatkan dalam praktek mengajar mereka, serta bagaimana mereka dapat mengaplikasikan pembelajaran dari program ini untuk perbaikan diri.

8. Rencana Pengembangan Kompetensi Diri

Setelah refleksi, peserta menyusun rencana pengembangan kompetensi diri. Mereka diminta untuk membuat rencana konkret tentang keterampilan dan pengetahuan yang ingin mereka kembangkan selama mengikuti program Guru Penggerak, serta langkah-langkah spesifik yang akan mereka ambil untuk mencapainya.

9. Refleksi Peserta

Sebelum penutupan, peserta diberikan waktu untuk melakukan refleksi tentang seluruh kegiatan lokakarya hari itu. Mereka berbagi apa yang telah mereka pelajari, inspirasi yang didapatkan, dan bagaimana mereka akan menerapkan pengetahuan baru tersebut dalam praktek mengajar mereka.

10. Penutup

Lokakarya diakhiri dengan sesi penutupan yang kembali dipimpin oleh Kepala Balai Besar Guru Penggerak DIY. Beliau memberikan apresiasi kepada seluruh peserta atas partisipasi aktif mereka dan menekankan pentingnya komitmen dan kolaborasi dalam menjalankan peran sebagai guru penggerak. Lokakarya ditutup dengan pesan motivasi untuk selalu berinovasi dan menginspirasi dalam dunia pendidikan.

Dengan berakhirnya lokakarya ini, diharapkan para calon guru penggerak angkatan ke-9 siap untuk memulai perjalanan mereka dengan semangat baru dan komitmen kuat untuk memajukan pendidikan di Indonesia.

Dokumentasi








Kamis, 10 Agustus 2023

Penetapan Peserta PGP A-9

 Selamat Menempuh Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 9

Salam dan bahagia... 
Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 7 telah resmi ditutup beberapa hari yang lalu. Siang ini, telah beredar Surat Penetapan Peserta PGP Angkatan 9 tahun 2023 yang dikeluarkan oleh Dirjen GTK dengan nomor 2257/B3/GT.03.00/2023, tertanggal 3 Agustus 2023. Dalam surat tersebut, disampaikan bahwa peserta Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 9 ini akan diikuti oleh 31.052 peserta yang terdiri dari Calon Guru Penggerak angkatan 5, 6, 7, 8, dan 9 yang belum mendapatkan kesempatan pada pendidikan sebelumnya. Pada kesempatan ini, ke-enam Calon Guru Penggerak di SMK Negeri 1 Pleret terdaftar sebagai peserta PGP A-9. Senang sekali, pada akhirnya kami ber-6 mengikuti PGP di gelombang yang sama. 

Surat penetapan peserta Pendidikan Guru Penggerak tersebut diikuti dengan beredarnya jadwal Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 9, yang dilaksanakan selama enam bulan dimulai pada bulan Agustus 2023 hingga April 2024. Peserta PGP A-9 nantinya akan mempelajari dan mengimplementasikan 3 paket modul, dengan total materi 10 topik. Diantara modul tersebut juga dijadwalkan ada kegiatan ruang kolaborasi dan lokakarya secara berkala
Berikut surat penetapan peserta Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 9

Tahap persiapan yang harus dilakukan oleh Peserta PGP A-9 adalah sebagai berikut:
1. Mengecek simpkb guru penggerak masing-masing, untuk mengunduh pakta integritas
2. Mengisi dan menandatangai pakta integritas di atas materai 10.000
3. Mengunggah pakta integritas yang sudah ditandatangani
4. Mengikuti Pembukaan dan Orientasi PGP Angkatan 9 yang akan dilaksanakan pada Hari Rabu, 16 Agustus 2023
Selanjutnya adalah Jadwal Pelaksanaan PGP angkatan 9

Kamis, 06 Juli 2023

Upgrading Penggerak Komunitas (KOMBEL) #Part 3 (end)

Sahabat Penggerak Komunitas Belajar

Kamis 6 Juli 2023, Hari ketiga aktivitas kami di kegiatan Upgrading Penggerak Komunitas Belajar bersama Duta Teknologi Kemendikbudristek tahun 2021 dan 2022. Sampai detik ini, kami masih semangat untuk menimba ilmu, meningkatkan kapasitas kami yang nantinya akan menjadi penggerak komunitas di satuan pendidikan masing-masing dan mengimbaskan kepada penggerak-penggerak komunitas antar sekolah yang lain. Dihari ketiga ini, kami masih terbagi menjadi dua kelas, yaitu kelas A dan kelas B. Jika hari kedua kemarin, kita mempelajari materi mengenai Membangun komunitas, merumuskan visi dan tujuan hingga manajemen konflik, kali ini materinya sangat luar biasa, yaitu mengenai fasilitasi dan sosial emosional.

Sesi 1 - Keterampilan Fasilitasi

Pagi ini, kelas B dipandu oleh mas Patria dalam mendalami materi fasilitasi. Diawali dengan bermain cing ciripit, kami membentuk lingakaran tidak sempurna di tengah ruangan dan bersama-sama menyatukan fokus dan konsentrasi, bahwa tubuh kita dan pikiran kita ada di ruangan ini. Banyak hal baru yang kami dapatkan di sini, bahwa fasilitasi, berasal dari kata dasar fasile (bahasa latin) yang artinya mudah, sederhana. Disini maksudnya adalah seorang fasilitator diharapkan bisa memudahkan komunitasnya, menjembatani anggota komunitas untuk ikut berkontribusi dalam mencapai tujuan bersama.

Sangat komunikatif dan menyenangkan kegiatan kali ini. Peserta langsung mempraktikkan proses fasilitasi melalui kelompok masing-masing. Kami berbagi peran sebagai Fasilitator, Observer dan yang lainnya berperan sebagai anggota. 

Sesi 2 - Pembelajaran Sosial Emosional

Setelah cofee break selama kurang lebih 15 menit, kami kembali masuk di kelas B. Di dalam ruangan sudah menunggu fasilitator sesi selanjutnya, yaitu materi tentang Pembelajaran Sosial Emosional. Dipandu oleh Mas Qadry, kami mengawali sesi dengan menuangkan emosi apa yang pernah kami alami dalam bentuk gambar, kemudian kami sampaikan kepada anggota kelompok masing-masing. O iya, anggota kelompoknya masih sama dengan kelompok di sesi Fasilitasi sebelumnya. 

Satu hal yang sangat menarik pada pembelajaran sesi ini, adalah ternyata kami selama ini masih kurang mengenal diri masing-masing. bahkan dengan benda yang sudah kami miliki bertahun-tahun pun kami kurang peka untuk mengenalinya secara detail. Luar biasa, memang hal utamanya adalah bagaimana kita bisa mengenali diri sendiri, sebelum kita mengenal orang lain.

Ada lima kompetensi sosial yang harus dimiliki seorang penggerak komunitas, antara lain:
1. Kesadaran Diri, untuk mengenali diri sendiri secara akurat, sehingga mampu mengenali keterkaitan antara perasaan, tindakan dan pikiran yang dilakukan.
2. Manajemen Diri, untuk mengatur emosi, pikiran, perilaku dalam berbagai situasi, sehingga dapat menangani stress, mengontrol hasrat dan bertahan menghadapi tantangan
3. Kesadaran Sosial, untuk berempati dengan orang lain, serta mengambil perspektif dari berbagai sudut pandang
4. Kemampuan Berelasi, untuk membangun dan memelihara suatu hubungan yang sehat antara individu dan kelompok
5. Membuat Keputusan yang Bertanggung Jawab, merupakan kemampuan untuk membuat pilihan yang konstruktif, benar dan cara bertindak sesuai etis norma sosial dan keselamatan.
Luar biasa materi kali ini, sangat bermanfaat untuk membekali kami sebagai sahabat penggerak komunitas

Sesi 3 - Optimalisasi Platform Merdeka Mengajar

Pada sesi ke-3 ini, masih di jam rawan, selepas istirahat makan siang dan sholat dhuhur, kami dikembalikan di kelas besar, dimana semua peserta tergabung dalam 1 ruangan kembali. Dengan dipandu oleh mas Qadry, kami dikelompokkan kembali seperti pada sesi di hari kedua kemarin. Dalam kegiatan Optimalisasi PMM ini, kami diberi tugas kelompok untuk membedah satu fitur di PMM, dan menuangkan hasil diskudi kami pada kertas Plano yang disediakan. Selanjutnya, kami melakukan aktivitas Window Shoping, dimana masing-masing kelompok menampilkan hasil diskusinya pada tembok atau papan, dan membagi anggota untuk menjadi penjaga "toko", serta anggota yang lain menjadi "pembeli" atau pencari informasi dari kelompok lain.

Sangat menyenangkan, apalagi di akhir sesi, kami bermain jago suit, dimana pada akhir permainan terpilih satu jagoan suit yang memiliki anggota seluruh peserta pelatihan.. woooww... seru banget..!


Sesi 4 - Rencana Tindak Lanjut

Nah, acara terakhir ini, adalah final tugas kami sebagai peserta Upgrading Penggerak Komunitas Belajar. Kami diberi tugas untuk membuat rencana tindak lanjut dari hasil pelatihan ini. Rencana tindak lanjut ini, dibagi dalam 3 rencana, yaitu rencana jangka pendek, rencana jangka panjang dan rencana jangka menengah. Kelanjutan dari RTL yang kami susun ini, harapannya dapat dilaksanakan di satuan pendidikan masing-masing, dan bisa dikembangkan ke luar instansi.

Daaan, akhirnya pada pukul 17.30, kegiatan upgrading penggerak komunitas ini resmi ditutup dengan upacara penutupan yang sangat sederhana. Dan kami pun mengakhiri sesi dengan foto bersama untuk dokumentasi dan kenang-kenangan.
Sampai jumpa Surakarta... kami akan merindukan kenangan indah ini...



Rabu, 05 Juli 2023

Upgrading Penggerak Komunitas (KOMBEL) #Part 2

Komunitas Belajar, Apa dan Mengapa?

Rabu 5 Juli 2023, masih di lokasi yang sama di Grand HAP Hotel Solo, peserta kegiatan Upgrading Penggerak Komunitas Belajar melanjutkan aktivitas di hari kedua ini. Setelah hari pertama kemarin mendapatkan inspirasi luar biasa dari founder Sanggar Anak Alam (Salam) Yogyakarta, hari ini peserta upgrading mendapatkan materi inti dari tujuan kegiatan ini, yaitu mengenal dan bagaimana membangun Komunitas Belajar di lingkungan peserta kegiatan. Dimulai pukul 07.30, di atrium Wijaya Kusuma lantai 9, kegiatan diawali dengan bergerak bersama, melakukan senam Si Pong dengan seru. Dilanjutkan ice breaking bernyanyi bersama Mas Patria dengan syair kurang lebih seperti ini:

duduk senang, berdiri senang
berputar-putar mencari teman
berputar-putar berkeliling, untuk mencari teman

dengan mencari teman secara berkelompok sesuai jumlah bilangan angka yang ditentukan, pada akhir aktivitas ice breaking terbentuk sepuluh kelompok untuk aktivitas sesi pertama.

Sesi 1 - Komunitas Belajar dalam Sekolah

Difasilitasi narasumber cantik, Mbak Hairun Nissa dan co. fasilitator Mas Hertana Patria, peserta kegiatan upgrading mengawali kegiatan sesi dengan membentuk kesepakatan kelas dan nilai yang dicapai. tersusunlah tujuh kesepakatan kelas antara lain:

  1. Tepat waktu memulai dan mengakhiri kegiatan
  2. Saling menghargai denhan menyimak yang sedang berbicara
  3. Gawai dalam keadaan mode senyap, dan jika menerima telepon di luar ruangan
  4. Antusias dan berbahagia
  5. Rajin, terampil, dan gembira selama sesi
  6. Berkolaborasi dan bergotongroyong dalam mengikuti sesi
  7. Menjaga kebersihan ruangan

Ketujuh kesepakatan kelas di atas, ditandatangan oleh perwakilan peserta bapak Ramlan Marbun, DTK 2022 dari Provinsi Sumatera Utara. 

Melalui aktivitas kelompok, peserta berdiskusi dan menyampaikan pemahaman mengenai apa itu Komunitas belajar. Dari hasil diskusi 10 kelompok yang terbentuk, diperoleh pemahaman bahwa Komunitas Belajar adalah sekelompok Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PTK) yang belajar bersama dan berkolaborasi secara berkelanjutan dengan tujuan yang jelas dan terukur untuk meningkatkan kualitas pembelajaran sehingga berdampak pada hasil belajar murid.

Terdapat tiga Ide Besar pada komunitas belajar yang menjadi landasan dalam menjalankan seluruh kegiatan di dalamnya. Tiga Ide Besar ini meliputi, fokus pada pembelajaran, membudayakan kolaborasi dan tangung jawab kolektif, serta berorientasi pada hasil (pembelajaran murid). Jika ketiganya ini kuat sebagai landasan, maka akan memastikan komunitas belajar berkontribusi pada pembelajaran berkualitas yang dilakukan secara kolaboratif untuk meningkatkan hasil belajar murid.

Sementara itu, Siklus komunitas belajar dalam sekolah merupakan rangkaian pengelolaan yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas PTK dan meningkatkan kualitas hasil belajar murid. Siklus yang dimaksud adalah (1) Refleksi awal, dimana pada kegiatan ini menghasilkan catatan refleksi yang menjadi acuan dalam perencanaan pembelajaran. (2) Perencanaan yang akan menghasilkan rencana pembelajaran yang dapat dimanfaatkan oleh guru. (3) Implementasi, yang merupakan pelaksanaan dari rencana pembelajaran yang telah dibuat bersama. (4) Evaluasi, yang menghasilkan catatan evaluasi dari implementasi untuk dijadikan bahan refleksi awal.

Melalui proses diskusi dari hasil pengamatan sebuah tayangan video berdurasi 17 menit, video tersebut menampilkan adanya seorang pimpinan yang mengajak dua guru dari kelas 4 dan kelas 6 untuk mendiskusikan capaian murid dikelasnya masing-masing, dan apa tantangan serta hambatan yang dihadapi. Terlihat pula, bahwa ide solusi yang dilakukan oleh guru satu, bisa juga menjadi solusi bagi guru lainnya. Inilah salah satu keuntungan sharing pengalaman dan bertukar ide antar sesama guru.
Dari video yang ditampilkan, dapat diambil insight bahwa alur diskusi dalam komunitas belajar dapat disingkat dengan START. Dimulai dari adanya penyampaian Situasi, bagaimana Tantangan yang dihadapi di dalam kelas, seperti apa Aksi guru dalam menyikapi tantangan tersebut, dilanjutkan dengan Refleksi guru terhadap apa yang sudah dilakukan, dan diakhiri dengan Tindak Lanjut. 
Kelompok 2
(Rolla; Anang; Nursiah; Eka; Meylan; Rini)

Dari kelompok lain juga menemukan insight yang berbeda, bahwa dalam suatu alur diskusi kombel, disitu muncullah siklus inquiry, dan bagaimana keterampilan coaching dengan alur tirta yang diterapkan. Sehingga pada akhirnya, suatu komunitas belajar hanya fokus pada murid, murid, dan murid, bukan yang lain.

Sesi 2 - Membangun Tujuan Fundamental & Target dalam Komunitas Belajar

Setelah Ishoma siang, kegiatan upgrading Penggerak Komunitas belajar dilanjutkan dengan penyampaian materi mengenai membangun tujuan fundamental, misi, nilai dan target dalam Komunitas Belajar. Pada jam rawan semacam ini, sesi 2 hari kedua dipandu oleh Bapak Rizqie Irfan sebagai co. Fasilitator mendampingi Ibu Evionora. Diawali dengan ice breaking tangan atas-bawah bum, peserta diajak untuk fokus dan berkonsentrasi. 

Pada materi kali ini, lebih banyak membahas mengenai adanya tim kecil dalam suatu komunitas yang nantinya akan menjadi motor penggerak dari sebuah komunitas. Tim kecil ini merupakan unsur kedua dalam membentuk suatu komunitas. Perlu diketahui bahwa untuk membentuk sebuah komunitas, diperlukan beberapa unsur, antara lain:
1. Penggerak
2. Tim kecil/Tim inti
3. Komitmen bersama
4. Menetapkan tujuan dan nilai bersama
5. Menyesuaikan kondisi yang ada

Dalam hal ini, peran tim kecil sangat tergantung pada dukungan dari pimpinan. Proses untuk memulai perubahan, tim kecil memberikan contoh, mengajak san sebagai fasilitator komunitas. Jika diperlukan, tim kecil ini juga bisa dibentuk oleh pimpinan, dengan menunjuk personel-personel yang dianggap mampu untuk menggerakkan rekan kerja yang lain.


Sementara itu, langkah selanjutnya adalah merefleksikan visi dari satuan pendidikan. Visi sekolah perlu direfleksikan untuk menjadi arah bersama yang dituju oleh semua pemangku kepentingan agar seluruh warga sekolah merasa memiliki visi ini dan tanggung jawab untuk mewujudkannya. Visi harus mengacu pada hasil belajar murid yang diinginkan. Refleksi bertujuan untuk memahami murid dari berbagai aspek, seperti kompetensi, tantangan yang dihadapi, dan profil murid yang ingin dicapai. Proses refleksi mengajak Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PTK) kembali menyadari bahwa setiap pengembangan diri yang dilakukan selalu bertujuan untuk memaksimalkan capaian belajar murid. Data yang dibutuhkan untuk membantu proses refleksi, antara lain, laporan hasil belajar murid, rapor pendidikan, dan hasil dialog dengan murid dan atau orang tua murid.

Langkah ketiga dalam membangun komunitas adalah membangun nilai dan komitmen bersama. Pada saat memfasilitasi pembangunan nilai, kepala sekolah perlu memastikan seluruh PTK yang terlibat dalam komunitas belajar dalam sekolah merasa aman dan nyaman dalam proses belajar, berkolaborasi, dan berkontribusi. Nilai yang dibangun bersama akan lebih mudah dijaga komitmennya. Nilai tersebut menjadi acuan berperilaku bagi semua pada proses belajar dalam komunitas belajar.
Delapan tips Mempersiapkan Komunitas belajar.

Sesi 3 - Tahap Pengembangan Kelompok & Manajemen Konflik

Hari kedua yang padat, tidak menyurutkan semangat peserta upgrading penggerak komunitas belajar. Materi sesi 3 kali ini, peserta dibagi menjadi 2 kelas, yaitu kelas A dan kelas B. Kelas A menempati ruangan 1-2 dan kelas B menempati ruang 3-4. Pada pembagian kelas ini, Bu Rien'z tergabung dalam kelas B, yang dipandu oleh Ibu Faidah, atau Ibu Fai sebagai narasumber dan Mas Dimas Adi Nugraha sebagai co Fasilitator yang memimpin jalannya ice breaking sore ini. Dengan bernyanyi di sini senang, disana senang, lagi-lagi akhir dari aktivitas ini adalah membagi kelas ke dalam dua kelompok.

Sore ini, kedua kelompok bermain peran, dengan kelompok satu memerankan suku wowo, dengan karakter lembut, dan tidak mau disentuh. Sementara tim yang lain memerankan suku Wiwi yang keras, dan suka menyentuh lawannya. Ada satu aktivitas dari kedua suku, yaitu saling melakukan jual-beli. Dengan perbedaan karakter kedua suku, berhasilkah proses jual-beli tersebut?

Dalam suatu komunitas, pengembangan kelompok melalui lima tahapan, yaitu Forming, Storming, Norming, Performing dan Adjourning. Tahap Forming terjadi pada saat awal-pembentukan kelompok. Pada fase ini, individu sedang mencoba untuk mengenal satu sama lain. Ada kecenderungan untuk menghindari konflik dan mencari persetujuan. 

Tahap kedua yaitu Storming, dimana pada tahap ini individu mulai merasa nyaman dan berani mengekspresikan opini mereka. Dalam hal ini, tentu saja masing-masing individu bisa memiliki opini yang berbeda. Disinilah, konflik dalam komunitas dimulai. Fase ini merupakan fase tersulit yang dilalui dalam sebuah pengembangan kelompok.

Fase ketiga adalah Norming. Fase ini terjadi ketika anggota komunitas sudah mulai memikirkan cara penyelesaian konflik. Mereka mulai mengembangkan hubungan yang lebih baik. Untuk dapat masuk ke fase norming, seorang penggerak komunitas belajar sangat perlu memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk manajemen konflik. Dalam manajemen konflik, bisa menggunakan pisau analisis Conflict tree seperti pada gambar di bawah ini.

Seorang penggerak Komunitas belajar harus mampu menganalisis latar belakang konflik yang terjadi di komunitasnya

Managing conclict adalah kompetensi yang dapat membuat seseorang menghadapi konflik dan pertentangan dengan orang lain secara efektif Hal ini dilakukan dengan menggunakan gaya dan metode interpersonal yang tepat untuk mengurangi ketegangan atau konflik antara dua orang atau lebih. Sehingga pada khirnya akan ditemukan penyelesaian terbaik.

Tahap selanjutnya adalah Performing, dimana kelompok benar-benar terbentuk dan mulai bekerja secara efektif. Pada fase ini, anggota kelompok telah memiliki hubungan yang baik satu sama lain, memahami tujuan kelompok, dan bekerja sama untuk mencapai tujuan tersebut. Kelompok pada fase performing cenderung menghasilkan hasil yang signifikan dan berkualitas.

Dan tahapan terakhir adalah Adjourning. Fase adjourning terjadi ketika kelompok telah menyelesaikan tugas yang diberikan dan siap untuk membubarkan diri. Pada fase ini, anggota kelompok mungkin merasa sedih atau kehilangan karena harus berpisah dari rekan-rekan yang telah lama dikenal. Fase adjourning juga dapat berarti bahwa kelompok akan bubar secara permanen, atau bisa juga berarti bahwa kelompok akan terus berlanjut dengan tugas-tugas atau tujuan yang baru.

Aktivitas hari kedua akhirnya selesai. Kami pun segera kembali ke kamar masing-masing untuk beristirahat, mempersiapkan diri untuk mengikuti aktivitas selanjutnya esok pagi.



Manajemen Pertunjukan Seni Tari

Manajemen Pertunjukan Seni Tari Materi Seni Tari Semester Genap 1. Pengertian Manajemen Pertunjukan Seni Tari Manajemen pertunjukan seni tar...